Tags: cerita motivasi (1200), cerita islami (261), cerita hikmah (104), cerita nasehat (313), cerita teladan (334), kumpulan cerita motivasi (203), kisah islami(247), kisah teladan (331), kisah hikmah (110), kumpulan kisah teladan (263), artikel motivasi (2011), artikel islam (105), artikel kesehatan (211), kumpulan artikel motivasi (300), berita islami (2012), motivasi islam (2010),artikel kesehatan (500)
Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang sangat
bahagia. Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air
bening. Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha
untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan kasih
diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi kami
berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang bersamaan.
Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkimpoian kami kelihatan
bahagia. Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak
kusangka-sangka. Dew hadir dalam kehidupanku. Waktu itu adalah hari yang cerah.
Aku berdiri di balkon dengan Dew yang sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi
terbenam dalam aliran cintanya.
Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dew berkata , "Kamu
adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis." Kata-katanya tiba-tiba
mengingatkanku pada istriku. Ketika kami baru menikah,istriku pernah berkata,
"Pria sepertimu,begitu sukses, akan menjadi sangat menarik bagi para
gadis." Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu-ragu. Aku tahu kalo aku
telah menghianati istriku. Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku
melepaskan tangan Dew dan berkata, "Kamu harus pergi membeli beberapa
perabot, O.K.?.Aku ada sedikit urusan dikantor"
Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku walaupun
kelihatan tidak mungkin. Bagaimanapun,aku merasa sangat sulit untuk
membicarakan hal ini pada istriku. Walau
bagaimanapun ku jelaskan, ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia
adalah seorang
istri yang baik. Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku
duduk santai didepan TV. Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton
TV sama-sama. Atau aku akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini
adalah hiburan bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai,
apa
yang akan kau lakukan? " Ia menatap padaku selama beberapa detik
tanpa
bersuara. Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang
sangat
jauh dari ia. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi
kenyataan jika tahu bahwa aku serius. Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew
baru saja
keluar dari ruanganku. Hampir seluruh staff menatap istriku dengan mata
penuh simpati dan berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara
dengan ia. Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada
bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya. Sekali lagi, Dew
berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu kita akan hidup
bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh ragu-ragu lagi.
Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku pegang
tangannya,"Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam
dan makan tanpa bersuara. Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba
aku tidak tahu harus berkata
apa. Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "Aku ingin
bercerai", ku ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang. Ia seperti
tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia
bertanya secara lembut,"kenapa?" "Aku serius." Aku
menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat marah. Ia melemparkan
sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-laki!".
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis. Aku
tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkimpoian kami. Tapi
aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah dibawa
pergi oleh Dew.
Dengan perasaan yang amat bersalah, Aku menuliskan surai perceraian
dimana istriku memperoleh rumah, mobil dan 30% saham dari perusahaanku. Ia
memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian.. Aku merasakan sakit
dalam hati. Wanita yang telah 10 tahun hidup bersamaku sekarang menjadi seorang
yang asing dalam hidupku. Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah
kuucapkan.
Akhirnya ia menangis dengan keras didepanku, dimana hal tersebut tidak
pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya merupakan suatu pembebasan
untukku. Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan
sekarang sungguh-sungguh telah terjadi.
Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku
melihat ia sedang menulis sesuatu. Karena capek aku segera ketiduran. Ketika
aku terbangun tengah malam aku melihat ia masih menulis. Aku tertidur kembali.
Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya. Ia tidak menginginkan apapun
dariku,tapi aku harus memberikan waktu sebulan sebelum menceraikannya,dan dalam
waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan
pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi dan ia tidak ingin anak kami
melihat kehancuran rumah tangga kami. Ia menyerahkan persyaratan tersebut dan
bertanya," He Ning, apakah kamu masih ingat bagaimana aku memasuki rumah
kita ketika pada hari pernikahan kita?"
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",
katanya, "Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap
membopongku pada waktu perceraian kita. Dari sekarang sampai akhir bulan ini,
setiap pagi kamu harus membopongku keluar dari kamar tidur ke pintu." Aku
menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang
telah berlalu dan berharap perkimpoiannya diakhiri dengan suasana romantis. Aku
memberitahukan Dew soal syarat-syarat perceraian dari istriku. Ia tertawa keras
dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun trik yang ia lakukan, ia
harus menghadapi hasil dari perceraian ini," ia mencemooh. Kata-katanya
membuatku merasa tidak enak.
Istriku dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan
perceraian itu. Kami saling menganggap orang asing. Jadi ketika aku
membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah tingkah. Anak kami menepuk
punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra sekali" Kata-katanya
membuatku merasa sakit.. Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku
berjalan 10 meter dengan ia dalam lenganku. Ia memejamkan mata dan berkata
dengan lembut," Mari kita mulai hari ini,jangan memberitahukan pada anak
kita."
Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu. Ia pergi
menunggu bus, dan aku pergi ke kantor. Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih
mudah. Ia merebah di dadaku,kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium
wangi dibajunya. Aku menyadari bahwa aku telah sangat lama tidak melihat dengan
mesra wanita ini. Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak
di wajahnya. Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang
dibongkar, hati-hati kalau kamu lewat sana." Hari keempat,ketika aku
membangunkannya,aku merasa kalau kami masih mesra seperti sepasang suami istri
dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar. Pada
hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal, seperti, dimana
ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus hati-hati saat
memasak,dll. Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin erat. Aku tidak
memberitahu Dew tentang ini.
Aku merasa begitu ringan membopongnya.Berharap setiap hari pergi ke
kantor bisa membuatku semakin kuat. Aku berkata padanya,"Kelihatannya tidaklah
sulit membopongmu sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya, aku sedang
menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba beberapa tapi tidak
bisa menemukan yang cocok. Lalu ia melihat,"Semua pakaianku
kebesaran". Aku tersenyum.Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin
kurus itu sebabnya aku bisa membopongnya dengan ringan bukan disebabkan aku
semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya dalam hati. Sekali lagi ,
aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh kepalanya. Anak kami masuk
pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong mama keluar"
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi bagian
yang penting. Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan
merangkulnya dengan erat. Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan
berubah pikiran pada detik terakhir. Aku menyanggah ia dilenganku, berjalan
dari kamar tidur, melewati ruang duduk ke teras. Tangannya memegangku secara
lembut dan alami. Aku menyanggah badannya dengan kuat seperti kami kembali ke
hari pernikahan kami. Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatku sedih.
Pada hari terakhir,ketika aku membopongnya
dilenganku, aku melangkah dengan berat. Anak kami telah kembali ke
sekolah. Ia berkata, "Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku
sampaikita tua". Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita
saling tidak menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra". Aku melompat
turun dari mobil tanpa sempat menguncinya. Aku takut keterlambatan akan membuat
pikiranku berubah. Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata
padanya," Maaf Dew, Aku tidak ingin bercerai. Aku serius". Ia melihat
kepadaku, kaget. Ia menyentuh dahiku. "Kamu tidak demam".
Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku cuma bisa bilang
maaf padamu,Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan
disebabkan ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari kehidupan, bukan
disebabkan kami tidak saling mencintai lagi. Sekarang aku mengerti sejak aku
membopongnya masuk ke rumahku, ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya
sampai tua. Jadi aku minta maaf padamu"
Source: anggara.org/112/10/sebelum-kamu-menceraikanku-gendonglah-aku/
BERBAGI DENGAN SATU KLIK!!!
"Sebelum Kamu Menceraikanku, Gendonglah Aku!!!"Silahkan Share/bagikan kepada sahabat Anda Insya Allah bermanfaat.
"ARTIKEL MOTIVASI LAINNYA