Tags: cerita motivasi (1200), cerita islami (261), cerita hikmah (104), cerita nasehat (313), cerita teladan (334), kumpulan cerita motivasi (203), kisah islami(247), kisah teladan (331), kisah hikmah (110), kumpulan kisah teladan (263), artikel motivasi (2011), artikel islam (105), artikel kesehatan (211), kumpulan artikel motivasi (300), berita islami (2012), motivasi islam (2010),artikel kesehatan (500)
Lebih mengandalkan berpikir reaktif daripada berpikir proyektif dalam menjalankan kepemimpinan. itu lah yang dilakukan pemerintahan indonesia pada saat ini, Berpikir reaktif yang hanya bereaksi pada persoalan yang muncul, sedangkan berpikir proyektif melebihinya dengan mengantisipasi persoalan yang mungkin muncul serta menyelesaikan pada titik permasalahan. Dengan ikut menandatangani kesepakatan perdagangan bebas antara ASEAN dengan China (ACFTA) dan penanganan masalah kekurangan pasokan listrik, penanganan masalah pertambangan, peraturan-peraturan investasi yang tidak sinkron antara satu departemen dan departemen lainnya, penanganan masalah kemiskinan, penanggulangan bencana banjir, dan bencana alam lainnya, itu lah penyebab mengapa pemimpin kita dikatakan telah mengandalkan berpikir reaktif.
Hanya bereaksi pada permasalahan yang muncul pada saat itu dan menyelesaikan permasalahan juga untuk saat itu, tidak melihat permasalahan itu bakal terjadi lagi di masa depan atau dengan kata lain penanggulangan agar tidak terjadi permasalahan yang sama dan hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat atau demi kepentingan politik, meletakkan persoalan-persoalan dalam bentangan waktu yang pendek saja, tanpa pernah mengantisipasi atau meletakkannya dalam suatu visi kemajuan negara jauh ke masa depan, Dalam tindakannya, biasanya hanya mendasarkan diri pada kepentingan politik partainya atau orientasi politik dirinya sendiri.oleh sebab itu ada kecenderungan mereka akan memilah mana yang bisa menguntungkan dengan cepat kalau diselesaikan dengan cepat, dengan begitu akan menghindari persoalan yang tidak bisa membawa manfaat politik atau yang tidak mendatangkan materi dengan cepat, namun, jika persoalan-persoalan tersebut dituntaskan dengan berpikir proyektif, tentu akan sangat membantu mempercepat perwujudan negara Indonesia yang maju dan sejahtera.
Bereaksi cepat dan mendapatkan keuntungan dengan cepat dapat membutakan kita pada usaha-usaha untuk menganalisis persoalan dengan tuntas agar bisa menemukan titik permasalahan.
Bereaksi cepat dan mendapatkan keuntungan dengan cepat dapat membutakan kita pada usaha-usaha untuk menganalisis persoalan dengan tuntas agar bisa menemukan titik permasalahan.
Mereka meletakkan persoalan-persoalan dalam bentangan waktu yang pendek saja, tanpa pernah mengantisipasi atau meletakkannya dalam suatu visi kemajuan negara jauh ke masa depan
Diakui bahwa sikap reaktif itu akan cenderung lebih cepat membawa popularitas dan barangkali bisa mengantarkan pemimpin bersangkutan kepada penghormatan sebagai 'pahlawan' karena mereka akan dengan jelas terlihat berhasil menyelesaikan persoalan yang sudah kelihatan muncul dalam masyarakat. Sementara itu, pemimpin yang berpikir proyektif, memang butuh waktu lebih lama untuk bisa dikenal atau malah bisa-bisa tidak dikenal orang, karena dalam tindakan mereka lebih cenderung mencegah munculnya persoalan dengan memberlakukan suatu konsep jangka panjang dan visioner untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan orang banyak.
Dengan melihat keadaan politik Indonesia sekarang ini, ada prinsip masing-masing partai untuk mendapatkan keuntungan politik dan materi yang sifatnya sesaat dan adanya sikap dari tiap-tiap politikus untuk melakukan hal yang sama, karena merasa posisi mereka hanyalah singkat dan tidak jangka panjang. Itu lah salah satu penyebab kebanyakan pemimpin kita untuk berpikir reaktif.
Kondisi politik seperti ini lah yang tidak memungkinkan untuk menumbuhkan para pemimpin yang berpikir proyektif seperti yang sangat dibutuhkan Indonesia sekarang ini untuk mengantarkan indonesia ke arah kemajuan dan kesejahteraan orang banyak.
Sementara bisa kita lihat banyak negara-negara tetangga justru sedang berlari menuju suatu keadaan negara maju dan sejahtera. Sebagai contoh, Malaysia ingin memperkokoh diri sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, para pemimpinnya mengarahkan semua sektor pembangunan (pendidikan, iptek, dan keamanan) guna menunjang misi tersebut.
Dengan sikap reaktif, para pemimpin kita hanya akan memfokuskan segala daya dan upaya mereka untuk menjawab pertanyaan “Apa yang kau miliki?” (bagi partai dan dirinya), bukan untuk menjawab pertanyaan “Apa yang kau perbuat?” (untuk mengantar bangsa ini ke arah kemajuan dan kesejahteraan).Dengan kondisi kita sekarang ini, tentulah semua orang sepakat untuk berpendapat bahwa negara ini sudah sangat membutuhkan para pemimpin yang berpikir proyektif agar bisa melihat persoalan dalam perspektif yang luas dan menyelesaikannya dalam suatu kerangka visi ke arah kemakmuran dan kesejahteraan Indonesia di masa depan.
Pemimpin yang berpikir proyektif akan selalu meletakkan semua persoalan dalam ruang yang komprehensif agar persoalan bisa terlihat utuh dari segala arah. Dengan demikian, mereka bisa memosisikan diri dengan tepat, sehingga bisa menyelesaikan persoalan secara tulus dan tuntas sampai ke titik permasalahan dalam suatu jalur ke arah perwujudan visi kemakmuran dan kesejahteraan bangsa ini. Karena berpikir projektif merupakan bagian utama dari kualitas seorang negarawan, sepertinya sekarang ini harapan akan munculnya para negarawan dengan visi kemajuan dan kesejahteraan di masa depan masih hanya sebatas mimpi belaka.
Sumber: www.jurnal-ekonomi.org/Hidayatullah Muttaqin
BERBAGI DENGAN SATU KLIK!!!
"CARA PEMIMPIN KITA BERFIKIR"Silahkan Share/bagikan kepada sahabat Anda Insya Allah bermanfaat.
"ARTIKEL MOTIVASI LAINNYA 1 Responses to "CARA PEMIMPIN KITA BERFIKIR"
Terimakasih atas infonya,jangan lupa visit http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/
28/12/16, 15.23
Posting Komentar