Tags: cerita motivasi (1200), cerita islami (261), cerita hikmah (104), cerita nasehat (313), cerita teladan (334), kumpulan cerita motivasi (203), kisah islami(247), kisah teladan (331), kisah hikmah (110), kumpulan kisah teladan (263), artikel motivasi (2011), artikel islam (105), artikel kesehatan (211), kumpulan artikel motivasi (300), berita islami (2012), motivasi islam (2010),artikel kesehatan (500)
Indonesia tidak akan menoleransi tindakan negara lain yang mengancam
kedaulatan, termasuk menggeser tapal batas. ”Tidak ada kompromi soal
kedaulatan,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Selasa
(11/10/2011).
Hubungan Indonesia kembali memanas. Setelah kian kali, dua Negara
serumpun-seakidah ini kembali diributkan persoalan nasionalisme yang sama
sekali tidak diajarkan ulama-ulama Melayu tempo dulu.
Kasusnya sederhana, namun luar biasa bagi kaum nasionalis, yakni permasalahan tapal batas Camar Bulan di Sambas yang diduga telah dicaplok Malaysia.
Kasusnya sederhana, namun luar biasa bagi kaum nasionalis, yakni permasalahan tapal batas Camar Bulan di Sambas yang diduga telah dicaplok Malaysia.
Kita harus membuka mata bahwa konflik
antara Malaysia dan Indonesia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ada
unsur-unsur pemicu layaknya api yang menimbulkan asap besar. Pertanyaannya
siapakah pemantik api itu? Umat Muslim? Bukan, karena kita hanya korban.
Pakar Melayu Prof. Dr. Dato’ Nik Anuar
Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan
Malaysia (UKM) mengamini bahwa ada intervensi pihak luar di balik perseteruan
kedua Negara serumpun muslim ini.
Dalam memoar buku Thomas Raffles
disebutkan, Barat harus memastikan bahwa alam Melayu ini lemah. Untuk melemahkan,
Raffles mengusulkan dua buah strategi.
Pertama, imigran-imigran asing masuk ke
Melayu supaya kawasan ini tidak menjadi kawasan Melayu, melainkan majemuk
(dibawa orang-orang China dan India).
Kedua, pastikan bahwa raja-raja Melayu
yakni Semenanjung, Sumatera, Jawa dan sebagainya, tidak mengambil para ulama
Arab menjadi penasehat mereka. Jadi, tujuan mereka memang untuk memisahkan Arab
dengan Melayu.
Bersatunya antara Malaysia dan Indonesia
membentuk Imperium Islam Melayu inilah yang sangat ditakuti oleh Zionisme.
Mereka sadar Melayu adalah potensi kuat
dalam membangkitkan Islam dari tenggara Asia, maka itu jalur ini harus
dihabisi, apapun caranya.
Dan pengalaman bangsa Indonesia yang
kerap mudah diadu domba adalah kunci yang selalu mereka pegang saat zaman devide et impera.
Yang juga kita harus faham adalah Thomas
Stamford Raffles sendiri seorang Freemason. Menurut Th Stevens dalam bukunya Tarekat Mason Bebas, Raffles pada tahun 1813 dilantik sebagai mason bebas di bantara “Virtutis et Artis Amici”. “Virtus” merupakan
suatu bantara sementara di perkebunan Pondok Gede di Bogor.
Perkebunan itu dimiliki Wakil Suhu Agung
Nicolaas Engelhard. Di situ Raffles dinaikkan pangkat menjadi ahli (gezel), dan hanya
sebulan kemudian dinaikkan menjadimeester (suhu) di loge “De
Vriendschap” di Surabaya.
Raffles pula yang mendirikan Singapura
modern yang kini menjadi basis Israel di Asia Tenggara. Agen-agen zionis
melalui Singapura adalah penghasut sebenarnya dalam mengeruhkan hubungan sesama
muslim Melayu.
Kebanyakan koruptor Indonesia pun
bermukim di Singapura setelah merampok uang hasil keringat anak-anak Indonesia
dan rakyat jelata.
Singapura adalah sekutu zionis. Mereka
tidak mau menandatangani perjanjian extradisi dengan Indonesia semata-mata
melindungi koruptor ini karena mereka bawa banyak uang ke Singapura.
Untuk mengalihkan isu ini dari
masyarakat Indonesia, mereka akan coba cari isu supaya masyarakat Indonesia
lebih fokus pada isu yang mereka cipta.
Maka diwujudkanlah isu sekarang,
konfrontasi Malaysia-Indonesia. Melalui media sekular di Negara ini, mereka
terus berupaya agar rumpun Melayu bangga akan identitas negara-nya
masing-masing.
Adanya inflitrasi Zionis di Malaysia
juga bukan barang baru. Tahun lalu mantan wakil perdana menteri Malaysia yang
juga tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, pernah membeberkan fakta adanya keberadaan
intelijen Zionis di markas kepolisian federal Malaysia.
Kala itu bersama dengan Kelompok Muslim,
mereka menyatakan memiliki dokumen yang memperlihatkan kemungkinan adanya
intelijen Zionis kedalam strategi informasi negara lewat perusahaan kontraktor
bernama"Osiassov", yang melaksanakan proyek pengembangan sistem komunikasi dan
teknologi di markas besar polisi federal Malaysia.
Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa
perusahaan "Osiassov"terdaftar di Singapura namun berkantor pusat di negara penjajah Zionis Tel
Aviv.
Menurut Anwar, kehadiran dua mantan
perwira tentara Zionis di perusahaan yang bersangkutan, adalah sepengetahuan
petugas polisi senior Malaysia dan Menteri Dalam Negeri Malaysia sejak jaman
Syed Ahmad Albar.
Yakinlah, jika umat muslim Melayu tidak
kembali ke ajaran Islam sejati dimana tak ada ruang pada nasionalisme yang
memberhalakan bangsa, benih permusuhan itu akan selalu muncul, walau kedua
Negara itu makmur dan sama-sama beragama muslim.
Maka itu, bersatulah bangsa Melayu.
Bersatulah diatas Panji Islam yang akan membuka jalan tegaknya dienullah ini di
tanah perjuangan kita, tanah Melayu Darussalam. (pz)
Kiriman dari : antony_rebecha77@yahoo.com
Sumber asli : http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/mengapa-yahudi-tidak-suka-indonesia-dan-malaysia-bersatu.htm
Sumber asli : http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/mengapa-yahudi-tidak-suka-indonesia-dan-malaysia-bersatu.htm
BERBAGI DENGAN SATU KLIK!!!
"Yahudi Tidak Suka Indonesia dan Malaysia Bersatu ?"Silahkan Share/bagikan kepada sahabat Anda Insya Allah bermanfaat.
"ARTIKEL MOTIVASI LAINNYA 0 Responses to "Yahudi Tidak Suka Indonesia dan Malaysia Bersatu ?"
Posting Komentar